oleh: Linda Eka Farhana, Key Account TaniFund
Pertanian non organik telah berhasil meningkatkan produksi tanaman, namun di sisi lain juga memberikan dampak negatif terhadap ekosistem pertanian dan lingkungan, yaitu menurunnya bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, rendahnya nilai tukar ion tanah dan secara keseluruhan berakibat rendahnya tingkat kesuburan tanah.
Menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor, saat ini kandungan bahan organik tanah pertanian Indonesia sangat rendah, yaitu kurang dari 2%. Hal ini menunjukkan telah terjadinya penurunan kandungan bahan organik tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan pupuk anorganik yang intensif. Penggunaan pupuk anorganik tidak hanya berbahaya pada tanah dan perairan, tetapi juga pada makhluk hidup, seperti hewan/ternak, burung dan bahkan manusia.
DIlansir dari data penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara tentang pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi lahan sawah irigasi di Sulawesi Selatan, pencampuran pupuk organik dan anorganik pada proses pemupukan akan memberikan hasil tanaman yang tumbuh lebih baik daripada hanya diberikan pupuk anorganik. Penelitian tersebut membuktikan bahwa peran pupuk anorganik pada tanaman tidak sepenuhnya berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya penggunaan pupuk anorganik pada masyarakat Indonesia masih dapat diminimalisir.
Lalu, apa yang membuat penggunaan pupuk anorganik lebih sering digunakan di Indonesia?
- Kebiasaan penggunaan pupuk anorganik sudah menjadi budaya dalam kebiasaan bertani masyarakat Indonesia. Proses yang mudah dan pertumbuhan yang cepat menjadi alasan mereka selalu mengandalkan pupuk anorganik, padahal dari sergi harga, pupuk anorganik jauh lebih mahal.
- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani Indonesia yang rendah. Kualitas rendah ini menyebabkan petani tidak berpikir panjang atas 2 dampak dari berbagai hal yang dilakukan. Penggunaan pupuk anorganik tanpa dosis yang tepat maupun penggunaan jenis pupuk yang tidak tepat mudah saja mereka lakukan demi mendapatkan hasil yang cepat. Padahal, jelas-jelas penggunaan pupuk anorganik berdampak buruk bagi alam lingkungan dan seisinya.
Pertanian Berkelanjutan
Di tengah tingginya penggunaan pupuk anorganik di Indonesia, pemerintah Indonesia mengumumkan konsep pertanian berkelanjutan sebagai solusi pembangunan pertanian Indonesia di masa yang akan datang. Pertanian berkelanjutan sendiri merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Pertanian berkelanjutan benar-benar memperhatikan kelestarian aspek-aspek sumberdaya yang lain demi pembangunan pertanian di masa depan. Pertanian berkelanjutan ini juga menguntungkan untuk berbagai aspek kehidupan seperti manusia, tanah, air, udara, dan bahkan negara. Semuanya akan lebih diuntungkan apabila konsep pertanian berkelanjutan berhasil dilaksanakan.
Pertanian berkelanjutan mengarah pada perspektif pertanian Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil, dan makmur. Tetapi, budaya penggunaan pupuk anorganik dalam usaha tani dapat menyebabkan sulitnya tercapai pertanian berkelanjutan.
Mengapa penggunaan pupuk anorganik dalam usaha tani dapat menyebabkan sulitnya tercapai pertanian berkelanjutan?
- Tanaman yang mengandung bahan kimia cenderung mengganggu kesehatan masyarakat, yang mana kesalahan tersebut akan dilimpahkan kepada petani, sehingga petani terkesan tidak bermartabat.
- Pertanian Indonesia belum bisa mandiri karena berbagai jenis produk pertanian justru diimpor dari luar negeri. Bukan hanya karena tidak memenuhi secara kuantitas, tetapi juga secara kualitas, karena banyak mengandung bahan kimia. Pertanian maju juga belum bisa disematkan pada petani Indonesia, karena mereka masih menggunakan pupuk anorganik yang jelas-jelas mendatangkan banyak dampak negatif.
- Tidak meratanya subsidi sarana prasarana, termasuk minimnya bantuan pupuk organik juga menjadi salah satu kendala terciptanya pertanian yang adil. Seluruh hambatan dalam perspektif pertanian berkelanjutan tersebut menjadikan pertanian Indonesia belum bisa dikatakan makmur.
Oleh karena itu, hal yang harus diatasi pertama kali adalah penghentian kebiasaan penggunaan pupuk anorganik pada masyarakat tani Indonesia. Ketika kebiasaan tersebut sudah berhenti atau – paling tidak – berkurang, maka akan tumbuh kesadaran masyarakat tani Indonesia untuk ikut mewujudkan pertanian berkelanjutan.
Referensi